Di Tulis Oleh : Andi Pamelleri (Budayawan Bone)
Bone dahulu disebut TANAH BONE. Berdasarkan
LONTARAK bahwa nama asli Bone
adalah PASIR, dalam bahasa bugis dinamakan
Bone adalah KESSI (pasir). Dari sinilah asal
usul sehingga dinamakan BONE. Adapun bukit pasir yang dimaksud
kawasan Bone sebenarnya adalah
lokasi Bangunan Mesjid Raya sekarang letaknya
persis di Jantung Kota
Watampone Ibu Kota Kabupaten Bone tepatnya di Kelurahan Bukaka.
Kabupaten Bone adalah Suatu Kerajaan
besar di Sulawesi Selatan yaitu sejak adanya ManurungngE Ri Matajang
pada awal abad IV atau pada tahun 1330. ManurungngE Ri Matajang
bergelar MATA SILOMPO’E sebagai Raja Bone Pertama memerintah pada Tahun 1330 – 1365. Selanjutnya digantikan Turunannya secara turun temurun hingga berakhir Kepada H.ANDI
MAPPANYUKKI sebagai Raja Bone ke – 32
dan ke
– 34 Diantara ke – 34 Orang.
Raja yang telah memerintah sebagai
Raja Bone dengan gelar
MANGKAU, terdapat 7 (tujuh)
orang Wanita.
Struktur Pemerintahan Kerajaan Bone dahulu
terdiri dari :
• ARUNG PONE (Raja Bone) bergelar MANGKAU
• MAKKEDANGNGE TANAH ( Bertugas dalam bidang
hubungan/urusan dengan kerajaan lain (Menteri
Luar Negeri)
• TOMARILALENG (Bertugas dalam Bidang urusan
dalam daerah Kerajaan lain
(Meteri dalam Negeri)
• ADE PITU (Hadat Tujuh)
Terdiri dari Tujuh orang, merupakan Pembantu Utama/Pemimpin
Pemerintahan di Kerajaan Bone, masing-masing :
1. ARUNG
UJUNG
Bertugas mengepalai Urusan Penerangan Kerajaan Bone.
2. ARUNG
PONCENG
Bertugas mengepalai Urusan Kepolisian/Kejaksaan dan Pemerintaha.
3. ARUNG
T A’
Bertugas mengepalai
Urusan Pendidikan, dan mengetuai
Urusan perkara
Sipil.
4. ARUNG
TIBOJONG
Bertugas mengepalai Urusan perkara/Pengadilan Landschap/ badat besar dan mengawasi urusan perkara Pengadilan Distrik/
badat kecil.
5. ARUNG
TANETE RIATTANG
Bertugas mengepalai memegang Kas Kerajaan, mengatur
Pajak dan Pengawasan Keuangan.
6. ARUNG
TANETE RIAWANG
Bertugas
mengepalai Pekerjaan Negeri (Landschap Werken-LW)
Pajak
Jalan dan Pengawas
Opzichter.
7. ARUNG
MACEGE
Bertugas mengepalai Urusan Pemerintahan
Umum dan Perekonomian.
• PONGGAWA (Panglima Perang )Bertugas dibidang Pertahanan
Kerajaan Bone dengan membawahi 3 (tiga) perangkat masing-masing :
1. ANREGURU ANAKARUNG
Bertugas mengkoordinir para anak Bangsawan berjumlah
40 (Empat puluh)
orang bertugas sebagai pasukan
elit Kerajaan.
2. PANGULU JOA
Bertugas mengkoordinir pasukan dari rakyat Tana Bone yang disebut Passiuno artinya : pasukan siap tempur dimedan
perang setiap saat; rela mengorbankan
jiwa raganya demi tegaknya Kerajaan Bone dari gangguan Kerajaan lain.
3. DULUNG (Panglima Daerah)
Bertugas mengkoordinir daerah Kerajaan bawahan, di Kerajaan Bone
terdapat 2 (dua) Dulung (Panglima Daerah) yakni Dulungna Ajangale
dari kawasan Bone Utara
dan Dulungna Awang Tangka dari Bone Selatan.
• JENNANG (Pengawas)
Berfungi mengawasi para
Petugas yang menangani bidang pengawasan baik dalam lingkungan istana, maupun dengan daerah/
kerajaan bawahan.
• KADHI (Ulama) Perangkatnya terdiri dari Imam, Khatib, Bilal
Dan lain-lain, bertugas
sebagai Penghulu Syara dalam Bidang Agama Islam, Keberadaan Kadhi (Ulama) di Kerajaan Bone ini senantiasa bekerja sama demi kemaslahatan rakyat, bahkan Raja Bone(Mangkau) meminta Fatwa kepada
Kadhi khususnya menyangkut hukum islam.
• BISSU ( Waria)
Bertugas merawat benda –
benda Kerajaan
Disamping melaksanakan
pengobatan tradisional, juga bertugas dalam kepercayaan kepada Dewata SeuuwaE. Setelah masuknya Agama Islam di
Kerajaan Bone, kedudukan Bissu di non aktifkan.
Waktu bergulir terus maka pada tahun 1905 Kerajaan
Bone di kuasai oleh Penjajah
Belanda. Kemudian atas persetujuan Dewan
Ade PituE Ri Bone nama
LALENG BATA sebagai Ibu Kota Kerajaan Bone diganti namanya menjadi WATAMPONE sampai sekarang.
Pada tanggal 2 Desember 1905 oleh Pemerintah Belanda di Jakarta menetapkan
bahwa adapun pengertian TELLUMPOCCOE ( Tri Aliansi)
di Sulawesi Selatan ialah : Bone, Wajo
dan Soppeng. Disatukan dalam satu sistem pemerintahan yang dinamakan AFDELING. Dimana Afdeling Bone dibagi menjadi
3 (tiga) bagian dengan nama Onder Afdeling masing-
masing :
1. Onder
Afdeling Bone Utara Ibu Kotanya Pompanua,
Ibu kota Afdeling kini di tempati oleh Asisten Residen
2. Onder
Afdeling Bone Tengah Ibu Kotanya
Watampone di Perintah oleh Controller
3. Onder Afdeling Bone Selatan Ibu kotanya
Mare diperintah Oleh Aspiran Controler
Pada tahun 1944 ketika tentara Jepang semakin
terdesak oleh Sekutu,Jepang berusaha mengajak rakyat untuk membela Tanah Airnya. Jika di Pulau Jawa dan
daerah lainnya terbentuk
oleh suatu Wadah untuk menghimpun rakyat untuk mencapai Kemerdekaan, maka di Tana Bone dibentuk suatu Organisasi yang dikenal dengan nama SAUDARA kepanjangan dari SUMBER DARAH RAKYAT.
SAUDARA ini dibentuk adalah merupakan persiapan Badan persetujuan
yang sesungguhnya berjuang
untuk mencegah kembali penjajahan Belanda
di Indonesia.
Kabupaten
Bone
setelah
lepas
dari
Pemerintahan
Kerajaan, sampai saat ini
tercatat 13 (tiga belas) Kepala Daerah di beri kepercayaan untuk mengembang
amanah pemerintahan di Kabupaten Bone masing-masing :
1. Andi Pangeran Petta Rani
Kepala Afdeling/
Kepala Daerah Tahun 1951 sampai
dengan tanggal 19 Maret 1955.
2. Ma'mun Daeng Mattiro
Kepala Daerah tanggal 19 Maret 1955 sampai dengan 21 Desember 1957.
3. H.Andi
Mappanyukki
Kepala Daerah/ Raja Bone tanggal
21 Desember 1957 sampai dengan 21 1960.
4. Kol. H.Andi Suradi
Kepala Daerah tanggal 21 M e i l960 sampai dengan 01 Agustus 1966.
5. Andi Baso Amir
Kapala Daerah Tanggal 02 Maret 1967 sampai dengan 18 Agustus 1970.
6. Kol. H. Suaib
Bupati Kepala Daerah
tanggal 18 – 08 - 1970 sampai dengan 13 Juli 1977.
7. Kol.H.P.B.Harahap
Bupati Kepala Daerah
tanggal 13 Juli 1977 sampai
dengan 22 Pebruari 1982.
8. Kol.H.A.Made Alie
PGS Bupati Kepala
Daerah tanggal 22 Pebruari 1982 sampai dengan
6
April
1982 sampai dengan 28 Maret
1983.
9. Kol.H.Andi Syamsul Alam
Bupati Kepala Daerah tanggal
28 Maret 1983 sampai
dengan 06 April 1988.
10. Kol.H.Andi Sjamsul Alam
Bupati Kepala Daerah tanggal
06 April 1988 sampai
dengan 17 April l993.
11. Kol. H.Andi Amir
Bupati Kepala Daerah tanggal
17 April 1993 Sampai 2003
12. H. A. Muh. Idris Galigo,SH
Bupati Kepala Daerah tahun 2003 Sampai
Sekarang
GAMBARAN UMUM KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BONE
A. SEJARAH
BERDIRINYA KABUPATEN BONE
Kerajaan Tana Bone dahulu terbentuk pada awal abad ke- IV atau pada tahun
1330, namun sebelum
Kerajaan Bone terbentuk sudah ada kelompok-kelompok dan
pimpinannya digelar KALULA
Dengan datangnya TO MANURUNG
( Manurungge Ri Matajang ) diberi gelar MATA SILOMPO-E. maka terjadilah
penggabungan
kelompok-kelompok tersebut
termasuk
Cina, Barebbo, Awangpone dan Palakka. Pada saat
pengangkatan TO MANURUNG MATA SILOMPO- E menjadi Raja Bone, terjadilah
kontrak pemerintahan berupa sumpah setia
antara rakyat Bone dalam hal ini diwakili oleh penguasa Cina dengan 10 MANURUNG , sebagai tanda serta lambang kesetiaan kepada Rajanya sekaligus
merupakan pencerminan corak pemerintahan Kerajaan Bone diawal berdirinya. Disamping penyerahan diri
kepada Sang Raja juga terpatri pengharapan rakyat agar supaya menjadi kewajiban Raja untuk menciptakan keamanan, kemakmuran, serta terjaminnya penegakan hukum
dan keadilan bagi rakyat.
Adapun teks Sumpah yang diucapkan oleh penguasa Cina mewakili rakyat Bone berbunyi sebagai berikut ;
“ ANGIKKO KURAUKKAJU
RIYAAOMI’RI
RIYAKKENG KUTAPPALIRENG ELOMU
ELO RIKKENG ADAMMUKKUWA MATTAMPAKO KILAO.. MALIKO KISAWE. MILLAUKO KI ABBERE.
MUDONGIRIKENG TEMMATIPPANG. MUAMPPIRIKKENG TEMMAKARE. MUSALIMURIKENG TEMMADINGING “
Terjemahan bebas ;
“ ENGKAU ANGIN
DAN KAMI
DAUN KAYU, KEMANA BERHEMBUS KESITU KAMI MENURUT KEMAUAN DAN
KATA-KATAMU YANG JADI DAN BERLAKU ATAS KAMI, APABILA
ENGKAU MENGUNDANG KAMI MENYAMBUT
DAN APABILA ENGKAU
MEMINTA
KAMI MEMBERI, WALAUPUN ANAK
ISTRI KAMI JIKA
TUANKU TIDAK SENANGI
KAMIPUN TIDAK
MENYENANGINYA, TETAPI ENGKAU MENJAGA KAMI
AGAR TENTRAM, ENGKAU BERLAKU ADIL
MELINDUNGI AGAR
KAMI MAKMUR
DAN SEJAHTERA ENGKAU SELIMUTI KAMI AGAR TIDAK KEDINGINAN
‘
Budaya masyarakat Bone demikian Tinggi mengenai sistem norma atau adat
berdasarkan Lima unsur pokok masing-masing : Ade, Bicara,
Rapang, Wari dan Sara
yang terjalin satu sama lain, sebagai satu kesatuan
organis dalam pikiran masyarakat yang
memberi rasa harga diri serta martabat dari pribadi masing-masing. Kesemuanya itu
terkandung dalam satu konsep yang disebut “ SIRI “merupakan integral dari ke Lima unsur
pokok
tersebut
diatas yakni
pangadereng (
Norma adat),
untuk mewujudkan
nilai pangadereng maka rakyat Bone memiliki sekaligus mengamalkan semangat/budaya ;
SIPAKATAU
artinya : Saling
memanusiakan ,
menghormati / menghargai harkat
dan
martabat kemanusiaan seseorang sebagai mahluk ciptaan ALLAH
tanpa
membeda
- bedakan, siapa saja orangnya harus patuh
dan
taat
terhadap norma adat/hukum yang berlaku
SIPAKALEBBI
SIPAKALEBBI
artinya : Saling
memuliakan posisi
dan fungsi
masing-masing dalam struktur kemasyarakatan dan pemerintahan, senantiasa berprilaku yang baik sesuai dengan adat
dan budaya yang berlaku dalam
masyarakat
SIPAKAINGE
artinya: Saling mengingatkan satu sama lain, menghargai nasehat, pendapat orang lain, manerima
saran dan kritikan positif dan siapapun atas dasar kesadaran
bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kekhilafan
Dengan berpegang dan berpijak pada nilai budaya tersebut diatas, maka sistem
pemerintahan Kerajaan Bone adalah berdasarkan musyawarah mufakat. Hal ini dibuktikan
dimana waktu itu kedudukan ketujuh Ketua Kaum ( Matoa Anang ) dalam satu majelis dimana MenurungE sebagai Ketuanya
Ketujuh Kaum itu diikat dalam satu ikatan persekutuan yang
disebut KAWERANG, artinya Ikatan Persekutuan
Tana Bone. Sistem Kawerang ini berlangsung sejak ManurungE
sebagai Raja
Bone
pertama hingga
Raja
Bone ke IX yaitu LAPPATAWE MATINROE RI BETTUNG
pada akhir abad ke XVI
Pada tahun 1605 Agama Islam masuk di Kerajaan Bone dimasa pemerintahan
Raja Bone ke X LATENRI TUPPU MATINROE RI SIDENRENG.
Pada masa itu pula sebuatan Matoa Pitu diubah menjadi Ade Pitu ( Hadat Tujuh ), sekaligus sebutan MaTOA MENGALAMI PULA PERUBAHAN MENJADI
Arung misalnya Matua Ujung disebut
Arung Ujung dan seterusnya
Demikian perjalanan panjang
Kerajaan
Bone, maka pada bulan Mei 1950
untuk
pertama kalinya selama Kerajaan Bone terbentuk
dan berdiri diawal abad ke XIV atau
tahun 1330 hingga memasuki masa kemerdekaan terjadi suatu demonstrasi
rakyat dikota Watampone yaitu menuntut dibubarkannya Negara Indonesia Timur, serta dihapuskannya
pemerintahan Kerajaan dan menyatakan berdiri dibelakang pemerintah Republik Indonesia
Beberapa hari kemudian para anggota Hadat Tujuh mengajukan permohonan
berhenti. Disusul pula beberapa
tahun kemudian terjadi perubahan nama distrik/onder distrik menjadi KECAMATAN sebagaimana berlaku saat ini.
Pada tanggal 6 April 1330 melalui rumusan hasil seminar yang diadakan pada tahun
1989 di Watampone
dengan diperkuat Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Bone No.1
Tahun 1990 Seri C, maka ditetapkanlah tanggal 6 April 1330 sebagai HARI JADI
KABUPATEN BONE dan diperingati setiap tahun .
B. LETAK GEOGRAFI DAN POTENSI
WILAYAH
Daerah Kabupaten Bone merupakan
salah satu Kabupaten yang terdapat di Propinsi Sulawesi Selatan, secara Geografis letaknya sangat strategis karena adalah pintu gerbang pantai timur Sulawesi Selatan yang merupakan
pantai Barat Teluk Bone memiliki garis pantai yang cukup panjang membujur dari Utara ke Selatan menelusuri
Teluk Bone tepatnya 174 Kilometer
sebelah Timur Kota Makassar,
luas wilayah Kabupaten Bone 4,556
KM Bujur Sangkar atau sekitar 7,3 persen dari luas Propinsi Sulawesi Selatan, didukung 27
Kecamatan, 335 Desa dan 39 Kelurahan, dengan jumlah penduduk 648,361
Jiwa
Kabupaten
Bone berbatasan dengan
daerah-daerah sebagai berikut
;
- Sebelah Utara Kabupaten Wajo
- Sebelah Selatan Kabupaten Sinjai
- Sebelah Barat Kabupaten Soppeng, Maros,
Pangkep dan Barru
- Sebelah Timur adalah Teluk
Bone yg menghubungkan Propinsi SulawesiTenggara
Untuk jelasnya
27 Kecamatan di Kabupaten
Bone dicantumkan sebagai berikut
;
1. Kecamatan Tanete Riattang
2. Kecamatan Tanete Riattang Barat
3. Kecamatan Tanete Riattang Timur
4. Kecamatan Palakka
5. Kecamatan Awangpone
6. Kecamatan SibuluE
7. Kecamatan Barebbo
8. Kecamatan Ponre
9. Kecamatan C I n a
10. Kecamatan M a r e
11. Kecamatan Tonra
12. Kecamatan Salomekko
13. Kecamatan Patimpeng
14. Kecamatan Kajuara
15. Kecamatan K a h u
16. Kecamatan Bontocani
17. Kecamatan Libureng
18. Kecamatan Lappariaja
19. Kecamatan Bengo
20. Kecamatan Lamuru
21. Kecamatan Tellu LimpoE
22. Kecamatan Ulaweng
23. Kecamatan Amali
24. Kecamatan Ajangale
25. Kecamatan Dua BoccoE
26. Kecamatan Tellu SiattingE
27. Kecamatan Cenrana
C. TOPOGRAFI DAN PEMANFAATAN
LAHAN
Kalau kita amati Kabupaten
Bone termasuk daerah tiga demensi yaitu ; Pantai, Daratan dan Pegunungan, luas sawah sebagai lahan pertanian adalah
455.600 Ha, sehingga Kabupaten Bone
ditetapkan sebagai daerah
penyangga beras
untuk
Propinsi Sulawesi Selatan yang biasa dikenal dengan istilah BOSOWA
SIPILU singkatan dari Bone, Soppeng,
Wajo, Sidrap, Pinrang dan Luwu, begitu pula daerah pantainya sangat panjang membujur dari Utara ke Selatan
yang menyusuri
Teluk Bone dari
27 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bone, 9 diantaranya adalah masuk daerah pantai seperti
Kecamatan Cenrana, Tellu
SiantingE, Awangpone, Tanette Riattang Timur, SibuluE, Mare, Tonra, Salomekko dan
Kajuara, dengan demikian
sumber mata pencaharian penduduk Kabupaten Bone
sebagaian besar adalah Petani
dan Nelayan.
Pemanfaatan lahan ;
- Sawah : 455.600 Ha
- Kebun / Tegalan : 55.052 Ha
- Hutan : 162.995 Ha
- Tambak : 1.450 Ha
D. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN BONE DIERA OTODA
Otonomi daerah yang sebagaimana digariskan oleh Undang – Undang No. 22 Tahun
1999 yang secara
efektif
diberlakukan pada
1
Januari
2001,
memang
akan
menyita
berbagai pemikiran bagi pemerintah ditingkat Kabupaten
Karena dalam pelaksanaannya
memerlukan transportasi para digmatik terutama
dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah, dari pemikiran ini pemerintah
Kabupaten Bone berupaya merumuskan langkah-langkah yang strategis serta berbagai kebijakan
untuk menjawab tuntutan yang sifatnya mendesak seperti peningkatan Sumber Daya Pembangunan Daerah
dan Pemberdayaan Potensi Bone merupakan
salah satu daerah yang berada dipesisir Timur Sulawesi Selatan memiliki peranan yang penting
dalam perdagangan
Barang dan jasa dikawasan Timur Indonesia, apalagi Kabupaten yang berpenduduk
648.361 Jiwa memiliki Sumber Daya Alam disektor pertambangan misalnya
bahan industri atau bangunan, emas, tembaga,
perak, batubara dan pasir kuarsa.
Seluruhnya dapat dieksplorasi dan eksploitasi, namun hal ini akan menjadi peluang
emas bagi masyarakat Bone dalam peningkatan Kesejahteraan
dimasa yang akan datang dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sedikitnya hal ini akan menjadi penunjang utama
peningkatan pembangunan…..
Insya Allah
Komentar
Posting Komentar